BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Masalah kesehatan ibu dan bayi terutama pada masa perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. 1 angka kematian perinatal pada tahun 1984 adalah 45 /1000 kelahiran ,1994 adalah 36/1000 kelahiran sedangkan di rumah sakit besar dan rujukan dapat lebih tinggi lagi .Penyebab utama kematian adalah aspiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatorum, dan trauma kelahiran terutama di negara berkembang .Dengan pemeriksaan prenatal care yang baik ,hanya lebih kurang 5% bayi baru lahir memerlukan pertolongan resusitasi dan ¼ diantaranya memerlukan intubasi.
Angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka tersebut, antara lain penyakit dan perkembangan kesehatan ibu dan janin serta semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung.Pemeriksaan antenatal memegang peranan yang amat penting untuk dapat mengenal faktor risiko secepatnya sehingga dapat dihindari kematian atau penyakit yang tidak perlu terjadi. Semua kendala di atas perlu ditangani melalui konsep pelayanan yang jelas sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam usaha menurunkan kematian perinatal dan meningkatkan mutu generasi yang akan datang.
Resusitasi diperlukan oleh neonatus yang dalam beberapa menit pertama kehidupannya tidak dapat mengadakan ventilasi efektif dan perfusi adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida, atau bila sistem kardiovaskular tidak cukup dapat memberi perfusi secara efektif kepada susunan saraf pusat, jantung dan organ vital lain. (Gregory, 1975)
Deteksi dini faktor resiko dan kelainan yang ditemukan pada bayi baru lahir bahkan janin ,sangat membantu agar tidak terjadi kerugian dikemudian hari. Antisipasi penangganan dini bayi aspeksia dapat menghindarkan bayi tersebut dari kecacatan dan dampak yang merugikan. Resusitasi yang memadai dapat mengurangi akibat yang merugikan pada BBL yang menderita kegawatan napas, karena dampak jangka panjang aspeksia neonatorum ataupun hipoksia akibat gawat napas tergantung selain lamanya terjadi aspeksia atau beratnya hipoksia ,lokalisasi kerusakan gangguan metabolisme juga tergantung kecepatan penangganan .Yang paling penting adalah mencegah terjadinya aspeksia dengan perinatal care yang baik .Sedangkan apabila sudah terjadi aspeksia atau kegawatan napas yang lain .semakin cepat ,tepat dan akurat penangganan ,semakin baik . Oleh karena itu ,kita perlu mengetahui dan mempelajari cara-cara resusitasi yang benar,untuk menolong bayi baru lahir dengan kegawatan napas.
Sebagian besar bayi baru lahir tidak memerlukan bantuan apapun agar dapat bernapas dengan efektif setelah dilahirkan, dan apabila mereka memerlukannya, sebagian besar hanya membutuhkan bantuan minimal. Beberapa memerlukan intubasi dan ventilasi sementara kebutuhan untuk menggunakan obat dan kompresi dada jarang diperlukan. Kurang lebih 10% dari semua neonatus memerlukan bantuan pada waktu dilahirkan, hanya 1% yang memerlukan resusitasi lanjut. Diperkirakan asfiksia perinatal merupakan penyebab seperlima semua kematian neonatal di seluruh dunia; tindakan resusitasi sederhana dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan asfiksia perinatal.
Terdapat beberapa faktor resiko antepartum dan intrapartum in utero, seperti hipertensi yang disebabkan kehamilan (PIH), gangguan pertumbuhan intra uterin (IUGR), prematuritas, perdarahan antepartum (APH), ruptur membran prematur (PROM), dan sumbatan mekonium sehingga bayi memerlukan resusitasi. Pada benyak peristiwa, asfiksia terjadi tanpa diduga, jadi penting untuk memiliki personel yang cukup terlatih dalam hal resusitasi neonatal dengan piranti yang memadai pada waktu persalinan sedang berlangsung. Bayi lahir namun kesulitan bernapas dan berat lahir rendah merupakan salah satu faktor penyebab AKB di Indonesia. bayi lahir kesulitan bernapas menjadi penyebab utama kematian (AKB), namun saat ini telah menjadi urutan kedua. Urutan pertama kini berat lahir bayi rendah, karena gizi ibu yang berkurang saat mengandung,”
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).
Angka Kematian Bayi (AKB) bisa ditekan melalui pembekalan dan pelatihan resusitasi neonatus kepada paramedis di tanah air. “AKB di Indonesia akan terus menurun dengan adanya pembekalan melalui pelatihan resusitas neonatus . pembekalan resusitasi neonatus bagi paramedis itu bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan saat membantu proses persalinan, baik di rumah sakit maupun klinik kebidanan. Data yang dikutip dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan AKB di Indonesia saat ini masih pada posisi 31/1.000 kelahiran pada 2009. Tercatat sekitar 7.116 paramedis hingga saat ini telah memperoleh pelatihan dan pembekalan resusitasi bayi gawat nafas secara nasional. Paramedis itu antara lain terdiri dari dokter spesialis anak, anestesi, umum dan kebidanan. Dalam kasus persalinan, kesulitan bernapas saat bayi lahir juga berdampak pada gagalnya proses persalinan, misalnya terkait dengan perjalanan yang jauh dari praktik kebidanan ke rumah sakit. “Terkadang masalah perjalanan yang cukup lama dari klinik bidan ke rumah sakit, sehingga bayi lahir yang seharusnya mendapat pertologan pernapasan segera jadi terlambat,” Oleh karena itu, AKB akibat faktor kesulitan bernapas itu mencapai sekitar 24 persen, dan berat lahir rendah 26 persen.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul laporan tentang resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah adalah :
- Apa pengertian dari resusitasi ?
- Apa tujuan dari resusitasi ?
- Apa indikasi dan kontra indikasi dari resusitasi ?
- Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas KDK yaitu tentang resusitasi.juga mengetahui tujuanya yaitu :
- Memberikan ventilasi yang adekuat.
- Membatasi kerusakan serebi.
- Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya.
- Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uter.
- Indikasi
Dilakukan resusitasi adalah henti napas (apnu) dan henti jantung (cardiac arrst)
- Henti napas (apnu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi penapasan, baik di sentral maupun perifer.
- Henti jantung (cardiac arrst)
Bila terjadi henti jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen yang tersisa dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik.
- Kontra Indikasi
- Fraktur kosta (putusmya jaringan tulang atau patah tulang disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang kosta yanag akan menimbulkan rasa nyeri mengganggu proses respirasi), trauma thorax (cedera pada rongga torak atau rongga dada)
- Pneumothorax, (pengumpulan udara atau gas dibagian rongga diantara paru” da dinding dada disebabkan karena adanya kebocoran diantara rangka dada dan paru” / disebut gagal paru” jika komplikasi maka mengakibatkan kematian, sebab: perokok) emphysema berat (kondisi ketika satu persatu kantung udara di paru” mengalami kerusakan)
- Cardiac tamponade (tamponade jantung = sindrom klinik dimana terjasdi penekanan yg cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan nanah, darah, bekuan darah, sebagai akibat adanya trauma jantung)
- Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit (jantung mendadak berhenti)
- Trombosis vena
- Hipotermia
- Keadaan terminal penyakit yang tidak dapat di sembuhkan misalnya gagal ginjal kronis
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Resusitasi
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah “menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
- Tanda – Tanda Resusitasi Perlu Dilakukan
- Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
- Denyut jantung – frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian ;
- Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
- Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
- Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
- Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Resusitasi
- Tenaga yang terampil, tim kerja yang baik.
- Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan, kardiovaskular, serta proses asfiksia yang progresif.
- Kemampuan / alat pengaturan suhu, ventilasi, monitoring.
- Obat-obatan dan cairan yang diperlukan.
- Penyulit Yang Mungkin Terjadi Selama Resusitasi
- Hipotermia
Dapat memperberat keadaan asidosis metabolik, sianosis, gawat napas, depresi susunan saraf pusat, hipoglikemia.
- Pneumotoraks
Pemberian ventilasi tekanan positif dengan inflasi yang terlalu cepat dan tekanan yang terlalu besar dapat menyebabkan komplikasi ini.
Jika bayi mengalami kelainan membran hialin atau aspirasi mekonium, risiko pneumotoraks lebih besar karena komplians jaringan paru lebih lemah.
- Trombosis vena
Pemasangan infus / kateter intravena dapat menimbulkan lesi trauma pada dinding pembuluh darah, potensial membentuk trombus. Selain itu, infus larutan hipertonik melalui pembuluh darah tali pusat juga dapat mengakibatkan nekrosis hati dan trombosis vena.
- Kotak penilaian
Pada saat kelahiran ,anda harus bertanya pada diri sendiri lima pertanyaan mengenai bayi baru lahir. Pertanyaan-pertanyaan ini terdapat pada kotak penialian diagram. Jika jawabannya “ Tidak “ anda harus melanjutkan langkah resusitasi.
- Kotak A ( jalan pernapsan ) .
Ini adalah langkah awal yang dilakukan untuk menjamin terbukanya jalan napas dan memulai resusitasi bayi baru lahir.
- Berikan kehangatan
- Posisikan kepala untuk membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas bila perlu
- Keringkan bayi, beri rangsangan untuk bernapas dan posisikan lagi untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
- Beriak oksigen bila perlu.
Ingat ,seberapa cepat kita harus meniali bayi dan memberikan langkah awal resusitasi.Garis waktu diagram memperlihatkan bahwa keseluruhan langkah harus diselesaikan dalam 30 detik
Penilaian kotak A. Nilai bayi setelah 30 detik. Jika bayi tidak bernapas ( apnu ) atau frekuensi jantung dibawah 100 kali/ menit,anda harus melanjutkan ke kotak B
- Kotak B ( pernapasan )
Bantu usaha napas bayi dengan ,memberikan ventilasi tekanan positif menggunakan balon dan sungkup selama 30 detik
Penilaian kotak B.
Setelah 30 detik pemberian ventilasi, anda harus menilai bayi kembali. Jika frekuensi jantung kurang dsari 60 kali / menit,anda harus melanjutkan ke kotak C
- Kotak C( sirkulasi )
Bantu sirkulasi dengan memulai kompresi dada sambil tetap melanjutkan ventilasi .
Penilaian kotak c
Setelah 30 detik melakukan kompresi dada, anda harus melakukan penilaian bayi lagi.Jika frekuensi jangtung tetap dibawah 60 kali/ menit, anda harus melanjutkan kotak D
- Kotak D ( obat-oabtan )
Berikan epineprin sambil teerus melanjutkan kompresi dada dan ventilasi
Penilaian kotak D
Jika frekuansi jantung tetap dibawah 60 kali/ menit.tindakan pada kotak C dan D dialnjutkan dan dapat diulang. Hal ini ditunjukkan dengan tanda panah saat frekunsi jantung meningkat di atas 60 kali / menit,kompresi dada dihentiakan.Ventilasi tekanan positif tetap duilanjutkan sampai frekuensi jantung diatas 100 kali/ menit dan bayi sudah bernapas spontan.
Perhatikan bagian-bagian penting pada diagram alur ini:
- Ada 2 frekuensi yang perlu diingat: 60 kali / menit dan 100 kali / menit . Pada umumnya , jika frekuensi dibawah 60 kali/ menit diperlukan langkah resusitasi tambahan. Jika frekuensi jantung diatas 100 kali / menit biasanya prosedur resusitasi dapat dihentikan.
- Tanda asteriks (*) pada diagram alur ini menunjukkan kapan nintubasi endotrakeal diperlukan. Bagan ini akan dijelaskan pada pelajaran selanjutnya.
- Garis waktu disamping diagram menunjukkan berapa lama resusitasi berlangsung langkah demi langkah. Jangan bertahan pada langkah yang sama setelah 30 detik jika bayi tidak menunjukkan perbaikkan . Segera lanjutkan pada langkah berikutnya sesuai diagram.
- Tindakan utama pada resusitasi neonatus ditunjukkan untuk memberikan oksigen pada paru-paru janin.( kotak A dan kotak B ) Bila hal ini dapat teratasi, frekuensi jantung, tekanan darah dan aliran darah pulmonal biasanya akan mengalami perbaikan dengan sendirinya. Walupun demikian, jika darah dan oksigen dalam jaringan sangat rendah maka isi sekuncup jantung harus dibantu dengan kompresi dada dan pemberian obat-obatan ( kotak C dan kotak D ) dalam upaya pengambilan oksigen di paru-paru.
- Faktor resiko yang berkaitan dengan kebutuhan tindakan resusitasi neonatus:
Faktor antepartum
- Diabetes maternal
- Hipertensi dalam kehamilan
- Hiperten si kronik
- Anemia atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin dan neonatus
- Perdarahan p[ada trimester dua dan tiga
- Infeksi maternal
- Ibu dengan penyakit jantung, ginjal,para tyroid, ataun kelainan neurologi
- Polihydromion
- Oligohydromion
- Ketuban pecah dini
- Kehamila lewat waktu
- Kehamilan ganda
- Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
- Terapi obat-obatan seperti karbonatilium,magnesium, B bloker
- Ibu pengguna obat-obat bius
- Malformasi janin
- Berkurangnya gerakan janin
- Tanpa pemerikswaan antenatal
- Usia < 16 dan > 35
- Faktor intrapartum
- Operasi saesar darurat
- Kelahiran dengan ekstraksi vakum
- Letak sungsang atau presentasi abnormal
- Kelahiran kurang bulan
- Persalinan presipitatus
- Chorioamnionitis
- KPD ( >18 jam sebelum persalinan
- Partus lama (> 24 jam )
- Kala 2 lama ( >2 jam )
- Bradiukardi janin
- Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan
- Pengguna anestesi umum
- Tetani uterus
- Penggunaan obat narkotik dalam 4 jam / kurang sebelum persalinan
- Air ketuban hijau kental bercampur mekoneum
- Prolaps tali pusat
- Solutio placenta
- Solutio plasenta
- Plasenta previa
- Mengapa bayi kurang bulan memiliki resiko lebih tinggi ?
Beberapa faktor resiko tersebut ini dapat menyebabkan bayi lahir kurang bulan ( prematur ) .Bayi kurang bulan mempunyai karakteristik yang berbeda secara anatomi maupun fisologi jika dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Karakteristik tersebut adalah :
- Terdapat kekurangan surfaktan pada paru-paru sehingga menimbulkan kesulitan pada saat memberikan ventilasi./
- Kulit yang tipis, lebih p[ermiabel, dan rasio yang besar antara luas permukaan kulit dibanding masa tubuh, dan kurangnya jaringan lemak kulit memudahkan bayi kehilangan panas
- Bayi seringkali lahir disertai infeksi
- Pembuluh darah otak sangat rapuh sehingga mudah menyebabakan perdarahan pada keadaan stress.
- Tindakan apa yang anda lakukan setelah resusitasi :
Bayi yang telah mendapat resusitasi akan mempunyai resusitasi akan mempunyai resiko mengalami gangguan setelah tanda-tanda vitalnya kembali pilih ke normal. Pada awal pelajaran ini anda telah mengetahui bahwa semakin lama bayi dalam keadaan membahayakan, semakin lama pula akan memberikan respon terhadap upaya resusitasi . Program rersusitasi neonatus ini akan merujuk perawatan pasca resusitasi pada tiga perawatan dibawah ini :
- Perawatan rutin
Hampir 90 % bayi baru lahir merupakan bayi bugar tanpa faktor resiko dan bersih dari cairsn amnion. Mereka tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk mendapatkan langkah awal resusitasi. Pengaturan suhu tubuh akan didapatkan dengan meletakkan bayi di dada ibunya ,dikeringkan dan di tutupi dengan selimut yang kering .kehangatan tubuh akan dipertahankan melalui kmontak kulit bayi dengan kulit ibunya ( skin to skin contact) Membersihkan jalan napas atas dapat dilakukan bila diperlukan dengan membersihan mulut dan hidung bayi . sambil melakukan langkah awal seperti ini , pengalaman terus menerus terrhadap usaha napas , aktivitas dan warna kulit tetap dilakukan untuk menentukan perlunya tindakan tambahan.
- Perawatan supportif
Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intrapartum , dengan mekoneum pada air ketuban atau pada kulit ,gangguan usaha napas dan sianosis , memerlukan tindakan resusitasi saat lahir. Bayi-bayi ini harus dievaluasi dan ditanggani dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awala dengan benar . Bayi semacam ini tetap memiliki resiko perburukkan yang berhubungan dengan masalah perinatal dan harus seringan dievaluasi selam masa neonatal ini .
- Perawatan lanjut
Bayi yang mendapatkan ventilasi tekana positif atau tindakan lebih lanjut yang memerlukan tindakan terus menerus ,memiliki risiko yang berulang dan berisiko tinggi untuk mendapatkan komplikasi pada masa transisi.Bayi semacam ini pada umumnya harus ditanggani dalam ruanggan yang dapat dilakukan pengawasan dan monitoring terus menerus. Bila perlu, dirujruk ke unit perawatan intensif.
- Bagaimana bayi memperoleh oksigen sebelum lahir:
Sebelum lahir ,seluruh oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan pada darah janin.
Setelah lahir, bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta dan akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen .karena itu setelah beberapa saat paru-paru harus terisi oksigen dan pembuluh darah di paru-paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dam menyerap oksigen untuk di edarkan ke seluruh tubuh.
Perubahan yang terjadi pada saat kelahiran sehingga bayi mendapatkan oksigen dari paru-paru.
Secara normal ada tiga perubahan besar sesaat bayi lahir :
- Cairan di dalam alveoli diserap ke dalam jaringan paru-paru dan diganti oleh udara .Oksigen yang terkandung dalam udara akan berdifusi ke dalam pembuluh darah disekeliling alveoli.
- Arteri umbilikalis terjepit .keadaan ini akan menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dab meningkatkantekanan darah sistemik
- Akibat tekanan udara peningkatan kadar oksigen di laveoli,pembuluh darah di paru-paru akan mengalami relaksasi. Keadaan relaksasi ini bersama dengan peningkatan tekanan darah sistemik,akan meningkatkan aliran darah pulmonal dan mengurangi aliran melalui duktus arteriosus. Oksigen dari alveoli akan terserap oleh meningkatnya aliran darah paru dan darah yang kaya oksigen akan kembali ke jantung kiri untuk kemudian di pompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir.
Pada saat kadar oksigen dalam darah meningkat dan pembuluh darah paru relaksasi, duktus arteriosus ke paru-paru dimana terjadi pengambilan oksigen lagi untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Setelah proses transisi ini ,bayi bernapas dengan udara dan menggunakan paru-parunya untuk mendapat oksigen .tangisan pertama dan tarikan napas dalam merupakan suatu mekanisme yang kuat untuk menyingkirkan cairan dari jalan napas.oksigen dan tekanan udara pada paru-paru merupakan rangsan gan utama untuk realksasi pembuluh darah pulmonal.Pada saat oksigen sudah cukup masuk dalam darah, kulit bayi akan berubah dari abu-abu / biru menjadi kemerahan.
Kesulitan apa yang dapat terjadi selama masa transisi ?
Bayi dapat mengalami kesuliatn sebelum lahir, selama persalinan atau setelah lahir. Jika kesuliatn terjadi didalam kandungan ,baik sebelum atau selama persalianan,biasanya akan menimbulkan gengguan padsa aliran darah di palsenta atau tali pusat.Tanda klinis awal dapat berupa deselarasi ( perlambatan ) frekuensi jantung janin. Masalah yang dihadapi setelah persalinan lerbih banyak berkaitan dengan jalan napas.Duibawah ini adalah beberapa keadaan yang menyulitka pada masa transisi:
- Bayi tidak bernapas dengan untuk menyingkirkan cairan dari alveoli atau ben da-benda asing ,seperti mekoneum yang mungkin menghambat udara masuk alveoli.Akibatnya paru-paru tidak terisi udara dan oksigen tidak dapat diserap olerh aliran darah.
- Kehilangan darah yang banyak dapat terjadi atau kontraktilitas jantung melemah/terjadi bradikardi karena hipoksia sehingga peningkatan tekanan darah tidak terjadi ( hipotensi sistemik ).
- Kekurangan oksigen atau kegagalan dari peningkatan tekanan udara di paru-paru akan mengakibatakan arteriol di paru-paru tetap kontriksi. Arteriol-arteriol ini dapat terus kontriksi sehingga menhalangi oksigen untuk mencapai jaringan tubuh.( hipertensi pulmonal persisten ).
Keadaan bayi yang membahyakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis berikut:
- Sianosis karena kekurangan oksigen didalam darah
- Bradikardi karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
- Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,kehilangan darah,atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
- Depresi pernapasan karena kekurangan oksigen pada otak.
- Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak dan otot.
Bagaiman bila bayi baru lahir mengalami gangguan di dalam kandungan atau pada masa perinatal?
Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen.setelah periode awal pernapasan yang cepat maka periode selanjutnya disebut apnue primer.Rangsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan pernapasan.
Walupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung , bayi akan melakukan beberapa usaha bernapas megap-megap dan kemudian masuk ke dalam periode apnu sekunder. Selama masa apnu sekunder, rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali usaha pernapasan bayi baru lahir. Bantuan pernapasan harus diberikan untuk proses penyelamatan.
Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer.tekanan darah akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder.( kecuali jika terjadi kehilangan darah pada saat memasuki peride hipotensi ). Seringkali bayi pada fase antara apnu primer dan apnu sekunder.Seringkali keadaan yang membahayakan ini dimulai sebelu atau selama persalianan.akibatnya saat lahir,sulit un tuk menilai berapa lama bayi telah berada dalam keadaan membahayakan. Frekunsi jantung dan respon pernapasan terhadap rangsangan akan m embantu anda untuk memperkirakan berapa lama keadaan ini telah berlangsung.sebagai gambaran umum, Semakin lama bayi dalam keadaan membahayakan,semakin lama pula tanda-tanda vitalnya pulih.
- Teknik resusitasi
Ada dua macam teknik resusitasi yaitu pada orang dewasa,anak dan bayi adalah :
- Pada orang dewasa
Untuk lebih memperjelas hal bagaimana melakukan kompresi (pijatan jantung luar) yang baik dan benar pada korban dewasa maka ikutilah langkah-langkah berikut:
Menelusuri lengkung rusuk |
- Posisikan korban, dia harus berbaring terlentang di atas dasar yang keras misalnya lantai, jangan di atas kasur.
- Bebaskan pakaian di sekitar dada korban.
- Posisi diri penolong pada salah satu sisi penderita. Upayakan senyaman mungkin, kedua lutut penolong dibuka kira-kira selebar bahu penolong.
- Tentukan pertemuan lengkung iga kiri dan kanan. Raba lengkung rusuk paling bawah geser sampai bertemu dengan rusuk sisi berlawanan.
- Temukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut diukur 2 jari ke atas pada garis tengah tulang dada.
- Posisikan tangan penolong pada titik pijatan, bagian yang menekan adalah tumit tangan, tangan yang bebas diletakkan di atas tangan yang satunya untuk menopang.
- Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang menekan.
Mengukur dua jari ke atas |
- Lakukan kompresi (pijatan jantung luar), jaga agar posisi tangan tetap lurus, berikan tekanan yang sesuai kekuatan dan kedalamannya dengan keadaan penderita. Pada saat melepaskan tekanan jangan sampai tertahan.
- Pada anak dan bayi
Ada perbedaan antara pemberian Kompresi pada orang dewasa dan anak (1-8 tahun) serta (0-1) dalam proses Resusitasi Jantung Paru. Perbedaan itu terletak pada pemeriksaan nadi untuk bayi dilakukan pada Nadi Brakial (nadi lengan atas) sedangkan untuk anak sama dengan orang dewasa.
Sedangkan perbandingan kompresi dan bantuan pernafasan baik untuk satu penolong atau dua penolong adalah sama yaitu 5 : 1, berbeda untuk dewasa 30 : 2 (satu penolong) dan 5 : 1 (dua penolong).
Jika bayi atau anak tidak bernafas dan tidak berdenyut nadi maka mulailah proses RJP dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Posisikan korban.
- Buka baju korban bagian dada.
Tentukan titik pijatan untuk bayi satu jari di bawah garis imajiner / semu kedua puting susu, untuk anak sama dengan orang dewasa.
Lakukan pijatan jantung untuk bayi dengan mempergunakan jari tengah dan jari manis, sedangkan untuk anak mempergunakan satu tumit tangan saja. Kecepatan pijatan jantung luar pada bayi sekurang-kurangnya 100 kali / menit.
“Khusus bayi baru lahir maka perbandingan pijatan jantung luar (kompresi) dan bantuan pernafasan 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi di atas 120 kali / menit dan pernafasan mendekati 40 kali / menit.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Di seluruh dunia , lebih dari 1 juta bayi pertahun akan membaik melalui penggunaan teknik program resusitasi neonatus. Hampir semua bayi sehat 10 % memerlukan sebagian tindakan resusitasi . 1 % memerlukan resusitasi lengkap untuk mempertahankan kehidupannya. Paru-paru janin berkembang didalam kandungan ,tetapi alveoli masih terisi cairan. Pembuluh darah paru janin masih kontriksi sehingga darah untuk perfusi paru dipompakan dari arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus ke aorta .Saat lahir , cairan dalam alveoli diserap jaringan paru dan diganti dengan udara. Masuknya oksigen sesaat lahir , akan menyebabkan relaksasi arteri pulmonalis akan meningkat secara dramatis . darah akan menyerap oksigen dari udara ke alveoli dan darah yang kaya oksigen akan diedarkan ke seluruh tubuh bayi.
Kekuranggan oksigen pada paru-paru janin akan mengakibatkan kontriksi arteri pulmonal dan menghambat aliran darah arterial dalam oksigen . Pada awalnya aliran darah ke usus, ginjal, otot, dan kulit akan berkurang, akan tetapi aliran darah ke jantung dan otak tetap dipertahankan . kekuranggan oksigen yang berlanjut akan mengakibatkan kerusakan otak, kerusakan organ lain , atau kematian. Pada saat janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dan diikuti dan diikuti oleh apnue primer. Apnu primer akan dapat diatasi dengan rangsangan taktil. Jika oksigen tetap berlangsung akan terjadi apnu sekunder Frekuensi jantung akan berkurang ,tekanan darah juga akan menurun. Apnu sekunder tidak dapat diatasi dengan pemberian rangsangn, akan tetapi harus diberikan bantuan ventilasi.
Nilai apgar berguna untuk memberikan informasi mengenai status bayi secara keseluruhan dan respon terhadap resusitasi. Nilai ini tidak dipakai untuk menentukan kapan dan bagaimana memuilai resusitasi,langkah resusitasi yang diperlukan , atau kapan menggunakannya. Walaupun tidak semua, kebanyakan resusitasi pada neonatus dapat diantisipasi. Penting untuk menilai faktor risiko intra dan antepartum yang berhubungan dengan kebutuhan akan resusitasi.
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Tenaga kesehatan harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. (Hudak dan Gallo, 1997).
Bayi kurang bulan merupakan bayi risiko tinggi yang memerlukan resusitasi karena :
- Paru-paru bayi kurang bulan kekuranggan surfaktan
- Bayi kurang bulan lebih mudah kehilangan panas
- Bayi kurang bulan dengan risiko infeksi yang besar
- Perdarahan pada otak bayi kurang bulan lebih mudah berdarah selama stress.
Semua bayi baru lahir memerlukan pengawasan yang ketat dalam hal usaha napas , aktivitas dan warna kulit . Perawatan pasca kelahiran terdiri dari tiga tingkatan , yaitu :
- Perawatan rutin : observasi standar
- Perawatan suportif : evaluasi yang sering
- Pearawatan lanjut : observasi yang terus menerus dan dimonitor di ruang perawatan.
Tindakan yang paling penting dan efektif pada resusitasi adalah memberikan oksigen pada paru-paru janin. Seluruh bayi baru lahir memerlukan penilaian awal :
- Apakah cairan amnion dan kulit bayi bersih dari mekonium?
- Apakah bayi baru lahir bernapas atau tidak ?
- Apakah bayi baru lahir mempunyai tonus otot yang baik ?
- Apakah warna kulitnya kemerahan ?
- Apakah bayinya cukup bulan ( 37 samapi 42 minggu ) ?
Jika jawabannya “ TIDAK “ maka resusitasi dimulai!!!!!!!!
Resusitasi dialkukan dalam periode waktu yang singkat :
- Anda disediakan waktu 30 detik untuk melihat respon pada setiap tahap resusitasi sebelum memutuskan langkah berikutnya
- Penilaian dan keputusan berdasarkan pada : pernapasan , frekuensi jantung, dan warna kulit.
Tahap-tahap resusitasi neonatus adalah :
- langkah awal resusitasi :
- Berikan kehangatan
- Posisikan kepala dan bersihkan jalan napas bila perlu
- Keringkan dan rangsang bayi untuk bernapas
- Nilai usaha napas ,frekuensi jantung dan warna kulit , dan berikan oksigen bila diperlukan .
- Berikan ventilasi tekanan positif dengan balon resusitasi dan oksigen 100 %
- Lakukan kompresi dada sambil tetap melanjutkan ventilasi
- Berikan epineprin sambil tetap memberika ventilasi dan kompresi dada
- Saran
- Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini agar dapat melakukan penanganan segera
- Dengan asuhan kebidanan yang diberikan, diharapkan dapat memberi gambaran pengalaman bahwa segera akan memberikan damapak yang tidak merugikan untuk di masa yang akan datang .
- Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA, Promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif, kepada masyarakat, sehingga ikut berperan serta dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi.
- Daftar Pustaka
Adelmen, R.D., Solhaug, M.J., 2000. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi Cairan. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, Ann.M., Ilmu Kesehatan Anak Nelson ed 15, jilid 2. Jakarta: EGC; 258-266
http://choys-go-blog.blogspot.com/2011/06/resusitasi-jantung-paru-rjp.html
https://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-%E2%80%9C-resusitasi%E2%80%9D/
Sumber:koleksiMediague.wordpress.com
dikumpulkan oleh RW.Hapsari